Polres Banyuwnagi : Kepergian atlit balap sepeda Jawa Timur M. taufik, (32), warga Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan pecinta balap sepeda.
Taufik, panggilannya, meninggal dunia Kamis (5/9) di rumah sakit dr. Soetomo, Surabaya. Dia harus menjalani perawatan karena mengalami kecelakaan pada Jumat (30/8).
Ungkapan duka berdatangan dari berbagai pihak. Sejumlah komunitas sepeda di 11 kota secara serentak melakukan kegiatan solidaritas dan menggalang dana untuk memberikan bantuan kepada keluarga almarhum.
Di Banyuwangi, kegiatan ini dimotori Banyuwangi Road Cycling Community (BRCC) bersama Polres Banyuwangi. Puluhan pecinta balap sepeda datang ke rumah Taufik. Mereka bersepeda dari kita Banyuwangi menuju rumah Taufik sejauh kurang lebih 20 Km.
Turut serta dalam rombongan itu Ketua ISSI Banyuwangi Guntur Priambodo dan Kapolres Banyuwangi AKBP Taufik Herdiansyah Zeinardi.
“Kita bersama rekan komunitas sepeda yang ada di Banyuwangi datang ke rumah duka untuk memberikan dorongan semangat, moril kepada keluarga. Juga dari rekan BRCC itu sebagai dukungan moril, ” kata Kapolres Banyuwangi.
Pada kesempatan yang sama, Kapolres juga memberikan bantuan pribadi pada keluarga Almarhum Taufik. Saat itu juga diserahkan santunan kepada keluarga dari Jasa Raharja yang memang menjadi hak keluarga.
Kapolres menyatakan, ke depan komunitas sepeda itu seharusnya diberikan ruas jalan khusus. Menurutnya, di kota besar diberikan trek khusus di jalan raya untuk jalur sepeda.
Dia juga menyebut untuk komunitas sepeda atau atlit yang melakukan latihan bisa meminta bantuan Kepolisian untuk dilakukan pengawalan.
“Sudah kita sarankan mungkin untuk atlit dalam rangka latihan silakan koordinasi dengan kami kepolisian selama pelaksanaan latihan di jalan raya. Mungkin ruas jalan yang rentan dan rawan kecelakaan karena kepadatan lalu lintas. Kita siap untuk membantu memberikan pengawalan,” tutur AKBP Taufik Herdiansyah.
Pada kesempatan yang sama Guntur Priambodo menyatakan, Taufik merupakan atlit pekerja keras dan punya talenta. Dia itu atlit yang bertanggungjawab pada diri sendiri. Meskipun tim inti BRCC tidak ada, kata pria yang juga Ketua Harian ISSI Jawa Timur ini, Taufik selalu rajin berlatih sendiri.
“Sehingga dia selalu mendapatkan tempat di tim inti baik di BRCC maupun di tim Jawa Timur. Dia selalu bisa memberi motivasi pada adik-adiknya,” kata Dia.
Guntur sempat terbawa suasana haru saat diminta memberikan sambutan. Dia mengaku sangat dekat dengan Taufik. Sebab, dirinya selalu menghabiskan waktu antara 5 sampai 6 jam sehari saat latihan bersama pebalap yang lahir pada 11 April 1987 itu.
“Utamanya di saat latihan pada saat weekend. Jadi saya pribadi sangat dekat dengan almarhum. Bahkan mungkin lebih dekat dengan Taufik dibanding dengan keluarga saya sendiri,” ungkapnya.
Sebagai penghargaan, Guntur yang juga Kepala Dinas Pengairan Banyuwangi memberikan kesempatan pada istri Taufik untuk bekerja di Dinas Pengairan menggantikan suaminya.
Tentu saja tawaran ini disambut baik istri dan keluarga Taufik. Sementara itu, istri almarhum Taufik, Zuraida Arlisa, (25), menyebut suaminya adalah orang yang sabar dan nerimo.
Dia adalah sosok suami dan ayah yang sangat baik. Zuraida mengaku tidak ada keanehan pada diri suaminya sebelum meninggal.
“Tapi sebulan sebelumnya saya mimpi gigi saya lepas 4. Saya kira ada keluarga yang meninggal. Saya sempat tanya pada keluarga saya. Ternyata Mas yang meninggal,” kenang perempuan berhijab ini. (tyo_0909)