Titaniumnews.id.Banyuwangi – Mempertahankan cita rasa kopi dengan cara tradisional tetap dipegang teguh oleh kopi Banyuwangi Sabuk Mangir, Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Di saat banyak serbuan kopi yang disangrai dengan mesin, trademark kopi khas Banyuwangi ini tetap mempertahankan roasting tradisional alias disangrai dengan bahan bakar kayu.
Ada dua jenis kopi Sabuk Mangir yang di produksi, excelso dan robusta. Semuanya diproses dengan cara tradisional, dengan mengunakan tungku dan wajan penggorengan dari bahan gerabah. Tak hanya itu, api dari tungku berbahan kayu akan memberikan citarasa tersendiri pada kopi.
“Kami tetap mempertahankan sangrai ala tradisional. Bisnis kopi ini kami kemas dalam konsep pemberdayaan bagi masyarakat Suku Using mulai dari proses penyortiran, proses sangrai sampai packaging dilakukan dengan cara tradisional oleh tenaga kerja lokal. Dengan demikian bisa memberikan tambahan income bagi penduduk setempat,” ujar Kang Yok, tokoh pemuda Using, Selasa (17/12).
Bisnis usaha kopi ini tumbuh, karena Kopi Banyuwangi saat ini sedang naik daun. Pada 2019, produksi kopi dari seluruh perkebunan di Banyuwangi diprediksi bisa mencapai 3.990 ton. Dari produksi tersebut, yang diekspor 3.192 ton. Negara tujuannya mulai dari Amerika Serikat, Italia, Jepang, Saudi Arabia, Qatar, hingga Mesir.
“Pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi begitu pesat maka kami bersama rekan-rekan lainnya ingin merubah mindset warga setempat dari penonton menjadi pelaku usaha dengan tanpa meninggalkan cara tradisional dan kearifan lokal,” tambah Kang Yok.
Ala tradisional dalam menyangrai kopi ini dilakukan, selain hemat, juga untuk mempertahankan citarasa kopi. Tentunya dengan cara yang benar dan sesuai dengan standar yang ada. Kopi Banyuwangi, kopi lokal citarasa internasional.
“Dalam menyangrai kopi jangan sampai berwarna hitam pekat. Namun cukup kecoklatan karena akan memberikan aroma yang harum dan menjaga citarasa kopi itu sendiri. Jika sampai berwarna hitam maka kopi menjadi arang dan bersifat karsinogen,” tambahnya.
Kopi Sabuk Mangir dalam proses pengolahan kopi juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pengolahan kopi secara langsung. Hal tersebut agar masyarakat mempunyai wawasan yang benar tentang warna, aroma dan citarasa kopi, karena selama ini masyarakat cenderung beranggapan bahwa kopi itu hitam, kopi itu pahit. Hal terpenting dari semuanya adalah bagaimana kita bisa menaikkan nilai kopi.
“Kita juga buka workshop sangrai kopi secara tradisional. Sebagai upaya edukasi kami tentang kopi yang baik dan benar,” tambahnya.
Selain dipasarkan di area Banyuwangi, kopi Banyuwangi Sabuk Mangir juga telah merambah pasar nasional. Penjualan dilakukan secara online dan offline.
“Semua pulau di Indonesia. Tapi yang terbanyak di Jawa seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Madiun, Jombang dan Denpasar Bali,” jelasnya.
Nama Sabuk Mangir sendiri diambil dari salah satu nama ajian santet pengasihan khas Banyuwangi, yakni Sabuk Mangir. “Kami berharap orang yang tidak suka kopi, ketika menikmati kopi Banyuwangi Sabuk Mangir ini langsung jatuh cinta selamanya. Jiwa yang rapuh segeralah tumbuh, hati yang sepi minumlah kopi.” kelakar Kang Yok. (Tyo_1712)