Titaniumnews – Setelah sekian lama menutup pintu hatiku, menyimpan kuncinya di tempat yang hingga kini tak tersentuh, akhirnya takdir membawaku ke tempat dimana aku menemukan alasan untuk membukanya kembali. Naskah yang telah disusun rapi oleh sang Khalik telah menuntunku kesana. Ya. Menuntun langkah ini hingga kutemukan tempat dimana aku melihat senyumnya untuk pertama kali.
Dia menatapku dengan kedua lensa mata cokelatnya, kemudian aku melengos. Tak tahan harus berlama-lama memandang wajah teduhnya yang menenangkan. Sulit menghindarnya. Menjauh pun tak mungkin, karena keadaan memaksa kami bertemu setiap hari.
Hampir di setiap jengkal perjuangan hidupku saat ini, dia selalu ada. Terkadang memberikan semangat dengan logatnya yang khas dan menyenangkan, tak jarang pula memberikan lelucon saat aku hampir saja tidak tahu semangat itu apa. Hingga puncaknya, dia membuatku bersembunyi dibalik tembok pertemanan yang hampir menyiksaku, karena tak mungkin dengan jujur kukatakan bahwa aku mengaguminya.
Yang pasti, aku telah mempersilahkan dia masuk dan mengisi hatiku yang telah lama kosong. Kubiarkan dia memperbaiki pecahan-pecahan yang belum sempat aku bersihkan semua. Sejak saat itu, sejak pertama kali dia melemparkan senyum, sejak dia mau mengajakku bicara, membiarkan aku membuatnya tertawa dan menerima yang kuberikan.
Aku sadar dia telah merubah hidupku. Karena dia, aku ingin memperbaiki bagian diriku yang tak pantas, menyusun cerita masa depan yang benar-benar ingin kubangun dengannya. Entahlah aku yang terlalu terbawa perasaan ataukah memang dia juga merasakan hal yang sama.
Sejak saat itu, Aku mulai memperbaiki diri. Bersemangat menjalani hari, dan membuatku semakin sering mengerjakkan sesuatu untuknya, memberikan yang dia butuhkan, membantunnya saat dia mulai jatuh. Dia telah menyamankan hatiku setiap harinya, hingga aku tak sadar bahwa aku telah dibohongi.
Aku menyadarinya, ketika sebagian dari teman-teman dekatku menemukan banyak alasan kenapa dia sering datang saat dia membutuhkan sesuatu, kemudian pergi begitu saja setelah kuberikan yang dia mau. Seseorang yang dulu telah membuatku percaya bahwa takdir itu ada, ternyata itu dulu. Kini alurnya telah berubah dan kakiku sudah siap berlari, meninggalkan kebodohanku yang terlalu percaya pada mesin drama yang telah dibuat.
Aku bodoh pernah percaya bahwa hati itu untukku, aku bodoh mengganggap semua adalah kejujuran. Ternyata inilah permainan yang telah dia buat. Aku hanyalah gadis biasa yang telah rela berkorban banyak hal untuknya sedangkan dia hanya datang kemudian meninggalkanku lagi. Aku salah, seharusnya aku tidak membuka pintunnya. Kini sepotong hatiku sudah terlanjur dia masuki, sudah terlanjur dia beri luka, malah semakin membuat isinya bertambah parah.
Dengan sangat kecewa kuputusakan untuk pergi, aku menyesal mengenali dia sebagai manusia sempurna dimataku, mengira bahwa dia akan menerimaku apa adanya dalam kondisi apapun.
Nyatanya, dia hanya membutuhkanku karena ada bagian penting dariku yang dapat membantu masa depannya.
Nyatanya, aku hanyalah alat untuk membuatnya lebih cepat menggapai cita-citannya.
Beberapa bulan berlalu, hatiku sudah hampir sembuh dari sakitnya. Kuambil kuncinya lagi dan menutupnya rapa-rapat seperti dulu.
“Teruntuk sepotong hatiku yang hampir sembuh, tidak akan lagi sembarangan aku buka dengan seenak hati. Belum waktunya aku mempersilahkan siapapun masuk ke dalamnya” ucap lirih didalam hatiku.
Banyak hal yang telah kulewatkan saat tiba-tiba aku membuka hati dan membiarkan orang itu masuk. Sekarang aku baru tahu bahwa dia hanya sekedar singgah dan membuat hariku menjadi semakin buruk dan berantakan.
Aku bahkan butuh banyak waktu untuk membenahi kerusakan yang dia buat. Setidaknya, aku tahu jika aku bahkan tidak cukup sempurna untuk menjadi bagian dari skenario hidupnya, tak banyak yang aku punya sehingga saat dia masuk akupun tidak bisa memberikan apa-apa.
Aku kecewa pada diriku sendiri yang terlanjur mempersilahkan dia masuk. Terkadang merapikan yang ada di dalamnya, tak jarang pula membuat semuanya menjadi berantakan.
“Mungkin Tuhan hendak memberitahuku bahwa niatku memantaskan diri bukan niat yang benar, karena sejatinya aku memang memperbaiki diri untuknya, bukan untuk diriku sendiri di masa depan”
Kini, setelah pintunya berhasil aku tutup, aku mulai mengenal dunia yang baru. Bertemu orang-orang yang membawaku pada penerimaan diri dan mengajarkanku tentang memantaskan diri dengan cara yang benar, memperbaiki diri untuk Dia yang Maha Kuasa. Bukan sekedar membenahi diri untuk mahluk yang Dia ciptakan.
Toh, jikapun aku bukan yang terpilih untuk orang yang kukagumi. Mungkin ada orang diseberang sana yang memang sudah disiapkan Tuhan untukku sebagaimana usahaku memperbaiki dan memantaskan diri untuk menemuinnya kelak di waktu yang telah ditentukan.
Patah hati memberikan pelajaran yang begitu berarti dalam hidupku, bahwa dia yang mungkin kau pilih sebagai tujuanmu memantaskan diripun barangkali bukan seseorang yang akan memantaskan dirinya untukmu juga, kau hanya terlalu percaya pada perasaanmu hingga terbawa arus dan hanyut dengan imajinasi yang kau buat sendirian. Pada akhirnya, kaupun harus menyadari bahwa nantinya dia akan pergi kemudian menjauh karena kau tak lagi membuka pintunya.
Terkadang kau hanya terlalu yakin bahwa prosesmu untuk memperbaiki diri akan membawannya masuk kedalam lingkaran hidupmu. Tanpa pernah kau tahu, bahwa orang itu sebenarnya tidak pernah berusaha masuk ke dalamnya. Bahkan skenario yang telah kau susun dengan rapi untuknyapun tidak pernah dia baca, hingga dia tidak sadar sedang menjadi tokoh utama dalam cerita yang kau buat. Ujung-ujungnya, kau hanyalah figuran yang menyelinap masuk ke dalam dunianya. Kau bukan apa-apa, kau hanya figuran yang membantunya saat kau dibutuhkan.
Kau harus belajar dari ceritaku. Sungguh. Ini tidak main-main.
Jangan terlalu cepat menyakinkan diri bahwa dia yang sangat kau kagumi juga benar-benar akan mengagumimu dengan persentase yang sama. Percayalah, bahwa upayamu memperbaiki diri bukan hanya untuk dia yang kau suka. Begitu banyak hal yang perlu kau benahi sebelum akhirnya kau menemukan dia yang tepat berada di sisimu.
Jadilah dirimu yang apa adanya sembari membenahi yang salah, memantaskan diri bukan merubahmu menjadi orang lain, melainkan membuatmu lebih baik dari hari kemarin. Pada akhirnya nanti, kau pasti akan bertemu dengan dia yang tiba-tiba sudah di belakang membawa perbekalan untuk menjaga, melindungi, bahkan berlari atau maju ke depan ketika terjadi sesuatu.
Kau hanya belum dipertemukan dengannya karena Tuhan sedang menguji kalian untuk saling mempersiapkan diri sehingga saat kalian dipertemukan, kau dan dia sudah siap untuk melarung kapal yang sama dan berjuang beriringan.
“Lakukanlah hal-hal positif dan bermanfaat sembari menunggu hari itu, bahagiakanlah kedua orangtuamu dan berjuang juga untuk mereka, prosesmu yang panjang dengan upaya dan kerja keras yang baik pasti tidak akan hanya dianggap angin lalu oleh-Nya. Dia pasti melihat semua perjuangan yang kau upayakan. Mari menjadi generasi yang berkualitas dengan membenahi diri kita semampu yang kita bisa”
(inces charist)